Soussan menegaskan, para ahli kimia akan diizinkan menyelidiki kasus ini tanpa dihambat.
"Kami akan memastikan mereka dapat bekerja secara profesional, obyektif, tidak memihak, dan bebas dari tekanan apa pun," katanya.
Dugaan penggunaan senjata kimia di Douma di antaranya dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta kelompok bersenjata Jaish Al Islam. WHO mendapat laporan adanya 500 pasien yang datang ke rumah sakit dan klinik-klinik dengan mengeluhkan gejala seperti keracunan bahan kimia.
Sementara itu, tokoh Jaish Al Islam mengatakan mereka terpaksa meneken kesepakatan dengan pasukan Assad untuk meninggalkan Douma, kota terakhir yang diduduki pemberontak di Ghouta Timur dalam 8 tahun terakhir, karena diserang menggunakan senjata kimia.