Trump berperang melawan perusahaan media sosial selama beberapa bulan dengan mengklaim mereka bersikap bias terhadap suara kelompok konservatif.
Pada Oktober 2020, Trump meneken perintah eksekutif yang intinya meminta Komisi Komunikasi Federal dan Komisi Perdagangan Federal untuk mempelajari soal kemungkinan menerapkan peraturan baru kepada perusahaan media sosial.
Sejak kalah dalam pilpres AS pada 3 November, Trump membanjiri akunnya dengan tuduhan kecurangan pilpres AS namun tak disertai bukti. Twitter memberikan tanda pada cuitan-cuitan itu dengan notifikasi, 'Tuduhan tentang kecurangan pilpres ini diperdebatkan."