WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan serangan militernya terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu telah mengubah peta kekuatan di Timur Tengah.
Menurut Trump, langkah agresif itu membuat Teheran kini berada dalam posisi defensif dan bahkan ingin kembali bernegosiasi dengan AS.
Pernyataan ini disampaikan Trump dalam wawancara di pesawat kepresidenan Air Force One pada akhir pekan. Meski awalnya ditanya mengenai rencana penjualan jet tempur siluman F-35 ke Arab Saudi, Trump justru mengalihkan pembicaraan dan kembali menyinggung Iran, topik yang tampaknya tidak bisa dilepas dari narasinya.
“Kita membuat jet terbaik, kita membuat rudal terbaik, Anda lihat bahwa kita telah melumpuhkan kemampuan nuklir Iran,” ujar Trump, seperti dikutip dari Sputnik.
Trump kemudian mengenang kembali serangan pada Juni lalu yang dia klaim sebagai aksi berani yang gagal dilakukan presiden-presiden AS sebelumnya.
“Selama 22 tahun mereka ingin melakukannya, (tapi) tidak ada presiden yang berani melakukannya. Kami yang melakukannya, dan Iran sekarang berada di posisi yang berbeda,” demikian klaim Trump.
Menurut dia, Iran bukan hanya terpukul secara militer, namun juga secara psikologis.
“Setelah serangan tersebut, Iran ingin menegosiasikan kesepakatan dengan AS. Semua pihak ingin bernegosiasi dengan kita sekarang,” ujarnya.
Klaim Trump itu berseberangan dengan pernyataan resmi Teheran, yang selama ini menolak anggapan bahwa mereka ingin kembali ke meja perundingan. Iran justru menuduh Washington melakukan agresi yang melanggar hukum internasional.