Pemerintahan Trump menuduh Harvard memfasilitasi kekerasan, antisemitisme, dan berafiliasi dengan musuh ideologis AS seperti Partai Komunis China. Tudingan ini dijadikan dasar untuk menghentikan akses Harvard terhadap sistem imigrasi pelajar dan membekukan hibah senilai dua miliar dolar AS.
Langkah ini dianggap sebagai bentuk tekanan politik terhadap kampus-kampus yang menolak mengikuti garis kebijakan pemerintah.
Namun, universitas-universitas tersebut, termasuk Harvard, menolak tunduk. Mereka menegaskan komitmen terhadap kebebasan akademik dan keberagaman global sebagai bagian dari nilai inti pendidikan tinggi.
Apa yang sebelumnya dianggap sebagai tempat netral untuk pertukaran ilmu pengetahuan kini menjadi wilayah yang sarat tekanan politik dan ideologis. Mahasiswa asing, selama ini menjadi jembatan budaya dan intelektual antarnegara, kini merasa tidak aman, tidak diinginkan, dan dipolitisasi.
Padahal, sejarah panjang perguruan tinggi AS ditopang oleh kontribusi besar mahasiswa internasional dalam riset, inovasi, dan dialog lintas budaya. Banyak dari mereka datang bukan hanya untuk menimba ilmu, tetapi juga untuk berkontribusi dalam membangun masa depan dunia yang lebih terbuka.