Menurutnya, mereka yang tidak ditahan berada di bawah tekanan besar.
"Pembangunan kembali kamp konsentrasi di abad 21 dan kebijakan asimilasi sistematik pemerintah China terhadap warga Turki Uighur adalah aib besar bagi kemanusiaan," kata Aksoy.
Dia juga menyebut bahwa laporan tentang kematian Heyit semakin memperkuat reaksi publik di Turki akan pelanggaran HAM serius di Xinjiang dan meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengambil tindakan tegas demi mengakhiri tragedi kemanusiaan di sana.
China mengklaim bahwa detensi di Xinjiang merupakan "pusat pendidikan vokasi" yang dirancang untuk membantu membersihkan wilayah tersebut dari terorisme.
Berbicara pada Oktober lalu, pejabat pemerintah China di Xinjiang, Shohrat Zakir, mengatakan bahwa para "siswa" di kamp bersyukur akan kesempatan untuk merenungi kesalahan mereka.
Kelompok pegiat HAM menyatakan para Muslim ditahan dalam jangka yang tidak ditentukan dan tanpa dakwaan, atas pelanggaran-pelanggaran seperti menolak untuk memberikan sampel DNA, berbicara dalam bahasa minoritas, atau berdebat dengan pihak berwenang.