Populasi China turun selama 2 tahun berturut-turut pada 2023 akibat rendahnya angka kelahiran dan tingginya angka kematian akibat pandemi Covid-19. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak besar bagi potensi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Data Komisi Kesehatan Nasional China terbaru menunjukkan, jumlah rumah sakit bersalin turun menjadi 793 pada 2021 dari 807 pada 2020.
Berdasarkan laporan Daily Economic News, anjloknya jumlah kelahiran menyebabkan banyak rumah sakit tidak mungkin tetap mengoperasikan layanan persalinan.
"Winter obstetric tampaknya akan datang secara perlahan,” bunyi laporan surat kabar tersebut pada edisi Jumat pekan lalu.
Banyak perempuan di China memilih tidak memiliki anak karena tingginya biaya perawatan, keengganan untuk menikah, atau memilih karier.
Pemerintah sudah berusaha membangkitkan minat pasangan suami istri untuk memiliki anak seperti memberikan insentif serta melakukan berbagai langkah lain, termasuk memberikan cuti hamil lebih lama, pemberian tunjangan keuangan, hingga subsidi perumahan. Namun faktanya China adalah salah satu negara termahal di dunia untuk membesarkan anak dibandingkan dengan produk domestik bruto per kapita.