Komandan polisi regional Mike Johnson mengatakan, 903 pemilik senjata di daerah Canterbury telah mendaftarkan 1.415 senjata untuk diserahkan.
"Polisi mengakui bahwa ini adalah perubahan besar bagi komunitas senjata api yang taat hukum dan kami mendengar feedback yang sangat positif dari orang-orang ketika mereka datang hari ini, bahwa mereka merasa hal ini berpengaruh bagi mereka," kata Johnson, seperti dilaporkan AFP.
Ray Berard, yang pindah ke Selandia Baru dari Kanada 25 tahun lalu, menyerahkan senapan serbu dan mengatakan kepada wartawan bahwa dia anggota tentara Kanada dan berada di tim penembak Kanada. Dia percaya tidak ada tempat untuk senjata api gaya militer dalam masyarakat modern.
"Istri saya bekerja sebagai salah satu direktur proyek di rumah sakit yang dibangun kembali dan kami berada di sana pada hari penembakan dan menyaksikan 35 orang yang pergi keesokan harinya," katanya.
"Seseorang dapat melakukan banyak hal jahat pada banyak orang jika Anda tidak sehat secara mental dan Anda memiliki senjata yang dapat menembak 100 putaran per menit," imbuhnya.
Brenton Tarrant, pria kelahiran Australia, didakwa melakukan pembunuhan dan dituduh menggunakan lima senjata, termasuk dua senapan semi-otomatis gaya militer (MSSA), dalam serangan terhadap dua masjid di Christchurch.
Dia mengaku tidak bersalah atas tuduhan terorisme, serta 51 tuduhan pembunuhan dan 40 percobaan pembunuhan.