Aroma dupa juga tercium menyengat di lokasi acara. Hal ini menambah suasana muram kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini.
Koordinator Perhimpunan Aktivis 98 Fauzan Luthsa mengatakan, aksi ini digelar bukan hanya sebagai peringatan reformasi, tetapi mengingatkan bahwa para aktivis dan korban pelanggaran HAM masih ada dan terus melawan.
Dia juga menyoroti kondisi demokrasi saat ini yang sedang tidak baik-baik saja.
“Kami menganggap hal ini harus terus dilanjutkan agar pemerintahan saat ini atau pemerintah nanti tidak akan mencoba memutar balikan sejarah,” ucap Fauzan Luthsa.
Sebagai informasi, pertunjukan 2.000 tengkorak dan 1.000 kuburan akan digelar selama 3 hari mulai 21-23 Mei 2024. Nantinya, akan ada diskusi bersama para aktivis, pegiat HAM hingga korban pelanggaran HAM.