JAKARTA, iNews.id – Pengadaan lem aibon yang diajukan Dinas Pendidikan DKI Jakarta menuai sorotan lantaran alokasinya mencapai yang Rp82 miliar dalam Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Prioritas Anggaran (KUA-PPAS) 2020. Namun, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, memastikan angka yang janggal itu muncul karena kesalahan sistem.
Adapun sistem yang dimaksud Anies adalah sistem e-budgeting (penganggaran secara elektronik) yang digagas mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, pada 2016 lalu. Sistem itu adalah aplikasi program komputer berbasis web untuk memfasilitasi proses penyusunan anggaran belanja daerah Ibu Kota.
Anies menjelaskan, sistem tersebut memang digunakan untuk meng-input semua anggaran. Namun yang disayangkan, teknologi itu ternyata tak secanggih yang masyarakat kira. Setiap tahun sejak pertama kali digunakan, selalu muncul angka yang aneh.
“Ada problem sistem yaitu sistem digital tetapi tidak smart (tidak canggih). Kalau smart system, dia bisa melakukan pengecekan, verifikasi. Dia bisa menguji. ini sistem digital, tetapi masih mengandalkan manual,” kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Mantan rektor Universitas Paramadina itu mengaku sudah lazim terjadi masyarakat menemukan anggaran yang tak masuk akal setiap tahun ketika pihaknya melakukan penganggaran karena sistem warisan Ahok itu. Dia pun tidak mempermasalahkan kritik masyarakat, karena kesalahan peng-input-an itu akan direvisi saat pembahasan anggaran dengan DPRD DKI Jakarta.