“Itu biasanya karena dia dikejar waktu, harus bongkar muat lagi kan, jadi ya mau gak mau setengah jam lukisan bisa selesai,” ujar dia.
Jamari terbiasa menggambar sesuai dengan kemauan pelanggannya mulai dari gambar berbau erotik hingga religus dan tulisan bernada jenaka. Model gambar baik orang, binatang, dan pemandangan juga diturutinya. Buatnya, melukis sudah menjadi makanan sehari-harinya.
“Saya gak berani nilai apakah karya saya bagus atau enggak, tapi memang mereka bilang puas,” tuturnya.
Sesekali Jamari justru mendapatkan pesanan oleh pelanggannya tanpa permintaan apapun. Mendapati pesanan seperti ini, Jamari akan langsung menggambar paras wanita dilengkapi dengan tulisan ‘Doa Ibu’, gambar andalannya.
Bukan tanpa alasan, Jamari memandang sosok perempuan merupakan keramat, lebih jauh sebagai wujud Tuhan di dunia. Paras perempuan yang kemudian akan dilengkapi dengan tulisan khas ‘Doa Ibu’ juga sebagai penjaga sopir truk saat mengarungi jalanan.
“Tulisan saya itu kebanyakan Doa Ibu, tanpa adanya doa ibu kan kita jadi tidak semangat kadang. Wong saya juga merantau juga dipesankan sama ibu untuk hati-hati. Doa ibu itu keramat, kita ini ada karena dia ada, itu luar biasa,” tutur dia.
Profesi yang digelutinya bisa dibilang tak melulu ramai, Jamari bahkan tak tahu persis kapan musim-musim pesanan lukis akan datang. Yang jelas pintu kiosnya akan terbuka bagi tiap pemilik truk yang datang untuk memakai jasanya.
Dia pun mengaku hanya terus tekun dan bekerja sepenuh hati tiap kali ada pelanggan yang ingin memakai jasanya.
“Bagi saya tekuni aja terus-menerus suatu saat ada jalan. Kalau timbang rezeki itu Tuhan sendiri yang akan memberikan hadiah, itu kehendak Tuhan,” tuturnya.