Salim menjelaskan, para ulama bersatu dalam nasab keilmuan. Mereka juga bersatu komitmen untuk memperjuangkan Indonesia merdeka dari belenggu penjajahan.
“Karena itu, semangat keagamaan sangat sejalan dengan semangat kebangsaan. Tidak ada pertentangan antara kedua aspek perjuangan itu. Generasi sekarang harus mewarisi semangat yang sama dari para ulama,” harapnya.
Salim menerangkan, sejumlah warisan penting perlu dijaga dan dikembangkan, misalnya Syekh Nawawi Bantani yang menulis 115 kitab dalam bidang fiqh, tafsir, tauhid dan tasawuf. Syekh Junaid Betawi kecuali menjadi Imam Masjidil Haram, juga menjadi rujukan untuk mazhab Syafi’i.
Syekh Yasin Padangi merupakan ahli sanad hadits dengan 700 jalur, sehingga diberi gelar Musnid Dunya, sekaligus pendiri Darul Ulum al-Diniyah Mekah. Sementara itu, KH Maimoen Zubair adalah pimpinan Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang yang menjadi penasehat di PBNU dan PPP.
“Sosok kecendekiawan dan kepemimpinan menyatu dalam diri para ulama. Ini yang jarang ditemui saat ini,” katanya.