Membiarkan barang yang punya efek merusak tetap dengan harga murah tentu tidak bijak. Perlu “revolusi mental” untuk menjauhkan jangkauan rokok dari warga dengan pendapatan rendah. Harga batas bawah Rp50.000 akan menjadikan harga rokok setara lebih dari separo pendapatan kuli bangunan atau tukang.
Semoga kelompok masyarakat bawah ini bisa disadarkan bahwa rokok adalah benda mewah yang tak terjangkau. Selain itu, harga mahal bisa membuat anak-anak remaja enggan “jajan” rokok. Regenerasi perokok kita memang patut dicemaskan orang-orang yang berakal.
Pundi-pundi kas negara kini mencapai Rp156 triliun per 7 Mei 2010. Surplus APBN merupakan gabungan antara pendapatan dari sektor perpajakan ditambah dengan penarikan pinjaman kemudian dikurangi dengan belanja.
Meski demikian, surplus ini bukanlah hal yang membanggakan. Hal ini dikarenakan rendahnya penyerapan belanja yang menyebabkan fungsi anggaran sebagai pendorong perekonomian menjadi kurang efektif.
Guna mendorong kualitas penyerapan anggaran, Kementerian Keuangan akan menerapkan mekanisme reward and punishment. Artinya, bagi lembaga yang tidak bisa menyerap anggaran dengan baik pada 2010, maka pagu anggaran untuk 2011 akan dipotong.
Lambatnya penyerapan anggaran selama ini menunjukkan belum seriusnya pemerintah dalam mencari solusi. Untuk membantu kelancaran penyerapan anggaran ini, proses administrasi yang terlalu berbelit-belit harus disederhanakan
Selama ini telah diketahui untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang berjumlah 250 juta di negeri ini, sebanyak 65 persen pangan disuplai melalui impor. Angka impor komoditas pangan tersebut seringkali disanggah pemerintah, namun tak dibarengi angka impor pangan yang sesungguhnya seberapa banyak.
Sebelumnya, Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyinggung Indonesia yang belum mampu mandiri pangan sehingga harus banyak impor. Ia mengungkapkan kondisi Indonesia jauh terbelakang dibandingkan negara lain, seperti Tiongkok.
"Kenapa mereka bisa maju? Karena mereka tidak habiskan devisa dengan impor beras, gula, kedelai, dan lain-lain. Ikan asin saja kita impor," singgung Kajo.
Sebagaimana ditegaskan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Indonesia memang mengimpor ikan asin untuk beberapa jenis ikan asin yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Kalau itu alasan pemerintah tetap membuka keran impor ikan asin, masih bisa diterima logika.
Terlepas dari persoalan importasi ikan asin tersebut, negeri ini sudah saatnya menjadi pemasok utama untuk memenuhi kebutuhan pangan dari sumber daya laut kepada masyarakat ASEAN.
Thailand telah dikenal sebagai pengekspor utama ikan tuna di pasar Asia. Namun, sumber ikan tuna yang diekspor Thailand justru diduga berasal dari laut Indonesia. Penangkapan ikan secara ilegal di wilayah laut Indonesia oleh kapal Thailand bukan lagi berita baru.
Kemacetan di jalan raya di Bali, sepertinya sudah menjadi buah bibir di masyarakat. Sebagian memandangnya dengan pasrah. Sebagian lagi secara tegas menyebutkan bahwa kemacetan lalu lintas itu adalah kegagalan perencanaan yang fatal.
Pernyataan itu penting direnungkan, terutama oleh pihak-pihak yang terkait dan tentu saja oleh pemerintah daerah. Lalu lintas pada hakikatnya adalah sebuah fenomena yang dapat direncanakan dengan baik.
Coba kita lihat kenyataan tersebut berdasarkan pada perhitungan logis. Kapasitas perkantoran dan unit ekonomi yang ada di Bali, sesungguhnya dapat dihitung secara matematis. Artinya, berapa kapasitas individu yang memanfaatkan perkantoran itu setiap hari, lalu berapa luas dan kapasitas jalan raya?
Berdasarkan itu, seharusnya dapat disusun target jumlah pengoperasian kendaraan umum yang dapat mengangkut jumlah penumpang setiap hari. Dengan perhitungan itu, jumlah kendaraan dapat ditentukan dan dibatasi.
Meski perhitungan itu telah dimiliki oleh pemerintah, kita tetap menyaksikan derasnya kendaraan bermotor yang datang ke Bali. Setiap hari, kedatangan kendaraan roda dua dan roda empat di Bali terus meningkat.
Akibatnya, sangat merugikan. Kendaraan yang seharusnya membawa kita lebih cepat ke tempat tujuan, justru mengakibatkan sebaliknya. Dari sudut apa pun, kemacetan sangat merugikan.
Kepusingan yang diakibatkan oleh macet sangat mengganggu psikologis sehingga membuat konsentrasi kerja menjadi buyar. Hal ini mengakibatkan hasil kerja tidak maksimal. Macet yang berjam-jam di jalan tentu menyita waktu.
Pada zaman waktu yang begitu berharga, di Bali membuang waktu di jalan adalah pemborosan dan kerugian. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus segera menata ulang jalur-jalur lalu lintas di Bali. Pemikiran untuk memakai jalur laut sangat masuk akal untuk menghindari kemacetan seperti ini.