Kisah ini mirip dengan hubungan antara bunga dan lebah.
Aku mungkin adalah lebah, dan dia adalah bunga. Atau mungkin sebaliknya. Itu tidak terlalu penting.
Saya memikirkan ini sebagai contoh simbiosis mutualisme. Kami memberikan satu sama lain, tanpa perlu sadar menerima.
Kemudian, saya mulai meminta lebih banyak. Dan dia memberikan lebih banyak.
Tetapi kemudian saya menyadari, mungkin saya adalah bunga.
Sebuah objek yang tidak dapat bergerak, hanya menunggu kunjungan sesaat.
Dia adalah lebah yang muncul ketika dia perlu muncul, dan pergi ketika dia perlu pergi.
Ketika sang bunga berhenti meminta, maka keheningan pun segera tercipta. Sang lebah boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain.
Dan begitu, kesunyian datang.
Risa menatapku dengan kagum, sambil berkata, “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu bisa bercerita seperti ini?”