Kasus tersebut bukan hanya menyoal perundungan, tetapi juga bagaimana orang tua dan guru mampu memberikan pengasuhan dan pendidikan, di mana kedua hal itu dapat menguatkan berbagai keterampilan psikologis anak ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan.
Menurutnya, perundungan bisa berdampak buruk terhadap kondisi psikologis anak. Semakin sering frekuensi perundungan yang anak alami, maka makin tinggi pula intensitas dan variasi tipe perundungannya. Sebab itu, dampak yang ditimbulkan akan makin besar.
Wiwin menjelaskan, ada beberapa dampak yang mungkin terjadi pada anak. Pertama, stres dan cemas. Anak yang mengalami perundungan akan merasa tertekan dan cemas setiap hari. Hal itu karena mereka merasa tidak aman dan tidak tahu kapan atau di mana serangan berikutnya akan terjadi.
Kedua, stres terus-menerus dan tidak tertangani yang mengarah pada depresi. Anak yang mengalami perundungan akan merasakan kesedihan yang sangat dalam, kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya mereka sukai, merasa putus asa, dan kehilangan harapan akan masa depan.
Ketiga, anak yang mengalami perundungan cenderung merasa rendah diri dan tidak berharga. Terlebih jika mereka merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah situasi. Tidak sedikit dari korban perundungan yang kemudian mengalami isolasi sosial, merasa terisolasi dari teman-teman, sulit untuk bergaul dan merasa tidak ada yang bisa mereka percayai atau ajak berbicara.