4. Membumikan Nilai-Nilai Pancasila dengan Kerangka Gotong-Royong
Setelah regulasi implementasi pembumian nilai-nilai Pancasila terbit, hendaknya pemerintah dapat mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila. Caranya dengan melibatkan berbagai tokoh masyarakat dengan mengusung local wisdom pada setiap wilayah. Membentuk duta-duta Pancasila, dan melatihnya secara khusus dengan target output dan outcome yang akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Ya, pemerintah sudah saatnya untuk turun gunung, bukan saatnya lagi untuk melakukan sosialisasi “top-down” hanya dari hotel ke hotel. Model sosialisasi nilai-nilai Pancasila pada suatu wilayah/segmen masyarakat bisa saja berbeda. Maka keragaman itulah yang harus dipupuk dan diberikan ruang interaksi agar bandul kebhinekaan dapat terus berayun dengan irama yang indah.
5. Membangun Life Style Pancasila pada Generasi Muda
Apakah kita menyadari bahwa saat ini remaja kita banyak yang lebih menyukai budaya asing sebagai bagian dari gaya hidupnya? Seperti budaya Jepang yang terwakilkan oleh sushi sebagai makanan favorit, video game, fashion, anime, dan J-Pop. Saat Pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi dunia rontok, namun Korea Selatan mencatatkan nilai ekspor seni dan budaya Korean Wave (K-Pop, K-Drama, K-Film, K-Fashion, K-Beauty, dan K-Food) sebesar US$11,7 miliar dan perekonomiannya surplus 5,9% pada kuartal II 2021.
Indonesia yang memiliki sekitar 17.000 pulau, sektiar 1.340 suku, dan sekitar 718 bahasa daerah "hanya sanggup" mengekspor hasil bumi, seperti kelapa sawit, batu bara, dan lainnya. Korea Selatan yang minim SDA, justru
perekonomiannya melampaui kita, dengan menjadi raja ekspor seni dan budaya.
Mari kita menjadikan seni dan budaya asli Indonesia sebagai tuan rumah di negara sendiri. Mari kita melakukan revitalisasi manajemen dan rebranding pada seni dan budaya lokal dengan memberi ruang dan dukungan penuh kepada para seniman untuk mengoptimalkan karya-karyanya, mulai panggung nasional hingga pelosok desa. Dan mari kita ciptakan ekosistem Pancasila yang berkesinambungan sehingga Generasi Z dan Alpha benar-benar memiliki lifestyle Pancasila di dalam setiap jengkal pikiran dan aliran napasnya.
Bung Karno di depan Sidang BPUPK 1 Juni 1945 mengatakan, “Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua. Keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan bersama.”
Itulah syarat utama untuk maju menjadi pemenang yaitu gotong royong. Maka, inti dari artikel ini; Bagaimana mewujudkan gotong-royong, sebagai ruh utama Bangsa Indonesia, dalam mewujudkan 5 Solusi Pembinaan Ideologi Pancasila untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Salam Pancasila!