Tokoh Hari Kebangkitan Nasional selanjutnya ada Cipto Mangunkusumo. Ia merupakan salah satu dari tiga pendiri Indische Partij. Ia memulai kariernya sebagai seorang dokter pemerintah Belanda di Demak.
Sepanjang kariernya, Cipto melihat ketidakadilan yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia. Karena itu, ia mengkritik keras Belanda melalui tulisan-tulisannya di sejumlah surat kabar, seperti Bataviaasch Nieuwsblad dan Locomotief.
Akibat tindakannya tersebut, Cipto diberhentikan dari tugasnya sebagai dokter pemerintah Belanda. Indische Partij, organisasi yang ia dirikan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nasional Indonesia dengan meletakkan dasar nasionalisme Indonesia. Organisasi ini lebih radikal dari Budi Utomo dengan fokus pada program reformasi politik, pertanian, dan pajak.
Terakhir ada Douwes Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia keturunan Eropa. Ia lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 8 Oktober 1879 dan meninggal dunia pada usia 70 tahun di tahun 1950.
Douwes Dekker memiliki nama lengkap Ernest Francois Eugene Douwes Dekker atau dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi. Ia termasuk tokoh Kebangkitan Nasional karena menjadi salah satu pendiri partai politik Indische Partij.
Ernest Douwes Dekker bersama dengan Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara merupakan tiga serangkai yang mendirikan Indische Partij untuk menentang kolonialisme di Indonesia dan yang termasuk tokoh Hari Kebangkitan Nasional.