JAKARTA, iNews.id - Inilah 5 ulama kharismatik Lirboyo menjadi simbol kebesaran pesantren yang berakar kuat di Kediri, Jawa Timur. Pesantren Lirboyo merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam terbesar dan tertua di Indonesia. Didirikan lebih dari seabad yang lalu, pesantren ini telah melahirkan banyak tokoh agama dan pemimpin spiritual yang berpengaruh.
Dari sekian banyak tokohnya, lima ulama besar berikut tetap dikenang karena keluasan ilmunya, keteguhan akidahnya, dan keteladanannya.
5 ulama kharismatik Lirboyo diawali dengan sosok KH. Abdul Karim atau yang akrab dikenal sebagai Mbah Manab.Ia lahir di Magelang pada pertengahan abad ke-19 dan menempuh pendidikan agama di berbagai pesantren, termasuk berguru kepada ulama besar di Madura selama bertahun-tahun. Setelah menimba ilmu di berbagai tempat, ia menetap di Kediri dan menikah dengan putri seorang ulama setempat.
Pada tahun 1910, KH. Abdul Karim mendirikan pesantren di Desa Lirboyo. Awalnya, lembaga ini hanya berupa surau kecil untuk tempat mengajar dan berdakwah. Namun berkat keikhlasan dan keteguhan niatnya, surau itu berkembang menjadi pesantren besar yang menampung ribuan santri.
Mbah Manab dikenal sebagai sosok yang tegas namun lembut, mengutamakan adab, dan menanamkan nilai keikhlasan serta kesederhanaan. Ajarannya menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal, yang kemudian menjadi ciri khas Lirboyo hingga kini.
KH. Mahrus Aly, seorang ulama berjiwa pejuang yang berperan besar dalam mempertahankan nilai-nilai pesantren dan turut berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dikenal disiplin dan tegas, KH. Mahrus Aly memiliki visi kuat untuk memperluas peran pesantren sebagai benteng moral dan intelektual umat.
KH. Mahrus Aly juga dikenal dengan nasihat-nasihatnya yang mendalam dan relevan, terutama bagi para santri yang kelak menjadi pemimpin masyarakat. Salah satu pesan terkenalnya adalah agar para pemimpin menjauhi dua hal yang dapat menjerumuskan: harta dan wanita. Pandangan tersebut mencerminkan kebijaksanaan dan kepeduliannya terhadap moralitas pemimpin. Ketegasan dan keikhlasannya dalam membimbing santri menjadikan sosok KH. Mahrus Aly sangat dihormati dan dikenang sebagai figur yang tidak hanya berilmu, tetapi juga berjiwa patriotik.
KH. Ahmad Idris Marzuqi, generasi penerus kepemimpinan pesantren yang dikenal dengan kealiman dan kelembutannya dalam membimbing santri. Lahir pada tahun 1940, KH. Idris Marzuqi adalah cucu dari pendiri Lirboyo. Sejak muda, ia menunjukkan ketekunan luar biasa dalam menuntut ilmu dan kesungguhan dalam mengabdi di dunia pendidikan pesantren.
Sebagai pengasuh, KH. Idris dikenal bijaksana dan dekat dengan santrinya. Ia menanamkan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan akhlak, serta mendorong santri untuk memahami agama dengan hati yang bersih. Gaya kepemimpinannya yang santun menjadikan suasana pesantren terasa sejuk dan penuh kasih. Ia tidak hanya mengajarkan kitab, tetapi juga mencontohkan nilai tawadhu, kesederhanaan, dan rasa tanggung jawab terhadap umat. Warisannya berupa semangat musyawarah dan kebersamaan menjadi ciri khas manajemen Lirboyo hingga kini.
KH. Anwar Manshur, seorang ulama yang mendalam dalam ilmu tasawuf, fiqih, dan akhlaknya. Ketawadhuan ia menjadi ciri khas yang menonjol. Meskipun memegang posisi penting sebagai pengasuh pesantren besar, KH. Anwar tetap hidup sederhana dan banyak menghabiskan waktu untuk mengajar serta membimbing para santri.
Ia sering mengingatkan bahwa ilmu harus diamalkan dengan ikhlas dan tidak boleh disertai kesombongan. Dalam banyak kesempatan, KH. Anwar menekankan pentingnya kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi cobaan hidup. Gaya hidupnya yang sederhana menjadi teladan bagi ribuan santri yang menimba ilmu di bawah bimbingannya. Di bawah kepemimpinannya, Lirboyo berkembang pesat dan tetap konsisten menjaga tradisi pesantren salaf.