Berlanjut ke wilayah Madura, tradisi menyambut Lebaran di daerah ini dikenal dengan tellasan topak atau Lebaran ketupat. Dalam bahasa Madura, tellasan topak Syawal memiliki arti hari raya ketupat pada bulan Syawal.
Tradisi ini tercipta lantaran adanya faktor akulturasi budaya antara Islam dan Jawa (Madura) dan sudah berlangsung sejak lama. Satu hal yang unik dari tradisi ini adalah, perempuan akan mengantarkan makanan ke kediaman orang yang lebih tua dengan menaruh makan beralaskan nampan di atas kepalanya. Tradisi lama itu terus dijalankan dan lestari hingga saat ini.
Untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Lombok melakukan Lebaran topat atau Lebaran ketupat. Perayaan ini berlangsung 1 minggu setelah Idul Fitri. Mengutip laman Kementerian Agama, Lebaran topat sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Lombok, termasuk suku Sasak.
Bagi kaum Sasak, topat memiliki makna dan simbol tertentu. Makanan ini menjadi ciri khas dan kearifan masyarakat lokal yang mengingatkan manusia pada asalnya. Topat memiliki bentuk segi 4, yang artinya manusia terdiri dari 4 unsur utama yakni api, angin, tanah, dan air.
Sementara itu, bahan utama makanan ini adalah beras, yang notabene merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Lebaran topat menjadi ajang silaturahmi, berkumpul, dan bercengkrama dengan keluarga serta tetangga sekitar.
Masyarakat Sasak percaya bahwa lebaran topat adalah ajang menyucikan diri dari berbagai penyakit hati yang bisa mendatangkan bencana.