“Ya, modusnya antara lain perubahan suara bisa jadi. Kemarin di Pileg 2014 itu, angka-angka perubahan saya lihat langsung, misalnya 111 hilang angka satunya sehingga jadi 11, kemudian 120 menggelinding nol-nya jadi 12. Nanti alasannya (petugas PPK) salah ketik,” kata anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) itu.
Dia berpendapat, penghitungan dan rekapitulasi suara sebenarnya dapat diawasi dan dikontrol oleh sistem informasi penghitungan suara (situng). Namun, pada Pilkada 2018, sistem informasi milik KPU itu diretas orang tak bertanggung jawab, sehingga tidak dapat diandalkan untuk mengawasi rekapitulasi.
“Potensi-potensi manipulasi itu sebenarnya bisa dikontrol oleh situng, karena situng kan langsung dari TPS ke kabupaten kota. Tapi karena diretas, yang seharusnya bisa 1x24 jam, jadi terkendala itu sekarang. Controlling (pengawasasn) itu menurut saya di situng, sehingga potensi untuk mengubah C1 sangat kecil sekali,” ujarnya.