JAKARTA, iNews.id - Seiring berjalannya waktu, santri Pondok Pesantren Syafaatul Ummah Al Muduni di Kampung Sinju, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem semakin bertambah. Namun, penambahan jumlah santri tidak diiringi dengan fasilitas yang ada.
Pondok pesantren yang berdiri pada tahun 2020 tersebut saat ini memiliki 144 santri yang merupakan anak-anak tidak mampu dan anak berkebutuhan khusus. Akibat tidak mampu menampung jumlah santri, pengurus pesantren sampai menitipkan santri untuk tinggal di rumah warga sekitar pondok.
Arief Mursidi dari tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bali menjelaskan, meski sempit dan harus berdesakan, para santri tetap betah tinggal di pondok. Hal ini menunjukkan bahwa mereka ingin menuntut ilmu dan betah di pesantren.
“Asrama tempat mereka beraktivitas berdindingkan bedeng bambu, dan para santri tidur berdesakan dengan teman lainnya. Ketika hujan, air masuk ke dalam dari genting yang bocor hingga membasahi tempat tidur mereka,” kata Arief.
Selain harus tidur berdesakan, para santri juga harus bergantian menggunakan ruang kelas. Jumlah ruang kelas yang ada juga tidak mampu menampung semua santri dalam satu waktu.
“Pengajarnya ada 17 orang gajinya Rp30.000 per hari. Karena santri berasal dari keluarga tidak mampu, jadi tidak dipungut biaya. Operasional pesantren termasuk gaji para pengajar bersumber dari hasil usaha tahu dan mengurus kambing milik warga yang dititipkan di pesantren,” tutur Arief.
Melihat kondisi pesantren Syafaatul Ummah Al Muduni tim ACT Bali berikhtiar untuk membantu membangun asrama dan ruang kelas untuk para santri. Bagi Sahabat Dermawan yang ingin turut membantu dapat melalui laman IndonesiaDermawan.id.