"Tak ada salahnya kita belajar dari negara Kuba, walaupun bukan termasuk negara kaya raya, namun bisa melakukan investasi besar-besaran terhadap kesehatan dengan melahirkan banyak dokter spesialis dan tenaga kesehatan," kata Bamsoet.
Ketua MPR ini memaparkan, data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per 30 April 2020, jumlah dokter di Indonesia tercatat sekitar 186.105 orang, dengan rasio satu dokter melayani 1.400-an penduduk. Masih kalah dibanding Malaysia dengan rasio satu dokter melayani 1.100 penduduk. Apalagi Singapura yang memiliki rasio satu dokter melayani 513 penduduk.
"Dari sekitar 186.105 dokter, hampir sebagian besarnya berada di kota-kota besar. Karenanya, para calon dokter maupun dokter muda perlu terjun ke rumah sakit di berbagai daerah. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Semua daerahnya adalah bagian dari Indonesia," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini mengingatkan, para dokter muda tak perlu khawatir berkarir di daerah karena nilai kemuliaan membantu pasien di daerah sama saja dengan membantu di kota besar. "Justru malah dengan berkarier di daerah, para dokter muda bisa memiliki banyak pengalaman sebagai bagian dari menempa diri," papar Bamsoet.
Dari teleconference tersebut, Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini juga mendapat informasi tak sedikit pasien yang harus berobat rutin akibat penyakit jantung, hipertensi, maupun kencing manis, malah takut datang ke rumah sakit akibat Covid-19. Hal ini menjadi tantangan baru bagi dunia kedokteran dan kesehatan Indonesia. Jangan sampai pasien yang harus berobat rutin malah terlantar dan berdampak buruk pada kesehatannya.
"Manajemen rumah sakit harus memperhatikan hal ini. Tantangan ini tak mudah. Selain menolong pasien Covid-19, juga harus memberikan jaminan rumah sakitnya masih aman didatangi pasien lainnya. Minimal, rumah sakit bisa memfasilitasi para dokternya untuk melakukan perawatan ke rumah pasien," ujar Bamsoet.