"Propaganda diseminasi menggunakan video pendek, animasi, meme, serta musik yang dikemas menarik untuk bangun kedekatan emosional dan memicu ketertarikan ideologis," ungkapnya.
Lebih lanjut, Trunoyudo menjelaskan bahwa kerentanan anak yang terekrut jaringan terorisme terjadi karena memiliki latar belakang, seperti menjadi korban bullying, kondisi keluarga broken home, kurang perhatian keluarga, sedang mencari identitas, hingga kurang pemahaman agama.
"Maka dari hasil asesmen, kerentanan anak dipengaruhi sejumlah faktor sosial, bullying, broken home, kurang perhatian keluarga, pencarian identitas, jati diri, marginalisasi sosial, dan minim literasi digital dan pemahaman agama," kata dia.