Polisi memahami perasaan anggota keluarga yang menuntut jenazah segera diserahkan karena pada dasarnya sudah dikenali. Namun polisi meminta pengertian.
"Sangat menyadari frustrasi yang dialami keluarga terkait lamanya waktu untuk proses identifikasi setelah serangan teror Jumat. Kami juga mencari cara untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan memastikan mereka mendapat informasi lengkap tentang apa yang terjadi," demikian isi pernyataan.
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mengerjakannya secepat mungkin dan mengembalikan para korban kepada orang yang mereka cintai."
Seorang keluarga korban, yakni pengungsi asal Afghanistan, Mohamed Safi, mengaku frustasi karena terlalu lama menunggu jenazah ayahnya, Matiullah Safi, yang tewas ditembak di Masjid An Nur. Padahal dia sudah bisa mengenali jenazah ayahnya.
"Tidak ada yang mereka tawarkan. Mereka hanya mengatakan sedang melakukan prosedur, masih dalam proses. Tapi proses apa, kenapa saya tidak tahu apa yang Anda lakukan dalam mengidentifikasi mayat. Kenapa saya tak diberi tahu sebagai anggota keluarga dekat," kata Mohamed.