Begini Pentingnya Eksplorasi Migas di Tengah Krisis Energi

Anindita Trinoviana
Eksplorasi migas. (Foto: dok SKK Migas)

Tantangan Ketahanan Energi Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, dan kebutuhan energinya terus meningkat setiap tahun. Di sisi lain, produksi migas domestik menurun karena lapangan-lapangan migas yang ada saat ini sudah mendekati masa akhir produksinya (mature fields). Beberapa tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam menjaga ketahanan energi adalah:

1. Kebutuhan Energi yang Semakin Meningkat

Kebutuhan energi terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat. Berdasarkan data, permintaan energi Indonesia akan terus meningkat hingga 2050. Meskipun secara persentase kontribusi minyak dan gas menurun, namun secara volume justru meningkat.

Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak akan meningkat sekitar 139 persen dan gas meningkat sekitar 289 persen dari kebutuhan saat ini. Meskipun bauran energi mulai bergeser ke energi baru terbarukan (EBT), minyak dan gas tetap mendominasi sebagai sumber energi utama dalam beberapa dekade mendatang. Ini menyebabkan kebutuhan suplai energi dari minyak dan gas masih sangat tinggi dalam nominal.

2. Tantangan Penurunan Produksi Domestik

Produksi migas dalam negeri secara alamiah menurun seiring dengan menurunnya produksi dari lapangan-lapangan migas yang sudah beroperasi selama beberapa dekade (lapangan tua). Seiring dengan dominannya penemuan potensi migas berupa gas, saat ini produksi gas stabil dan trennya sudah meningkat sejak 2023.

Untuk produksi minyak tantangan masih ada penurunan. Kemudian, upaya menahan decline rate minyak, SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berupaya dengan meningkatkan pemboran sumur pengembangan maupun menambah produksi melalui proyek-proyek hulu migas.

Indonesia yang dulu menjadi salah satu negara eksportir minyak, kini semakin bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi domestik. Adapun untuk gas, saat ini, Indonesia produksinya di atas konsumsi domestik, sehingga sisanya diekspor. Tanpa eksplorasi baru, ketergantungan impor minyak dapat terus meningkat serta berpotensi menurunnya produksi gas di masa yang akan datang.

3. Transisi Energi Menuju Net Zero Emission

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi baru terbarukan. Namun, proses transisi ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sementara EBT terus berkembang, minyak dan gas bumi tetap menjadi tulang punggung ketahanan energi. Peran gas bumi sebagai agen transisi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan minyak menjadi sangat penting di tengah proses ini.

4. Area Eksplorasi yang Belum Maksimal

Dari 128 cekungan migas di Indonesia, baru 20 yang sudah berproduksi. Kemudian sudah dibor dan ada temuan, tapi belum diproduksi sebanyak 8 cekungan. Selanjutnya, cekungan yang mengindikasikan ada hidrokarbon sebanyak 19 cekungan dan belum dilakukan pemboran sama sekali sebanyak 68 cekungan. Ini memberikan peluang besar untuk menemukan cadangan migas baru yang dapat meningkatkan produksi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Editor : Anindita Trinoviana
Artikel Terkait
Bisnis
3 jam lalu

Inspiratif! PT Surveyor Indonesia Raih Penghargaan Anugerah Penggerak Nusantara 2025

Bisnis
5 jam lalu

MIND ID Perkuat Integrasi Komunikasi, Dorong Terbentuknya Generasi Emas Indonesia

Music
23 jam lalu

Dari Gang Kecil ke Panggung Besar: Makassar Rayakan Kreativitas Lewat Soundrenaline

Kuliner
15 jam lalu

5 Restoran Indonesia Terbaik di Amsterdam, Obat Rindu Nusantara

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal