Bersamaan dengan ketidakpastian yang muncul akibat kebijakan tarif Amerika Serikat, perlambatan ekonomi dunia, tingginya utang pemerintah dan suku bunga acuan bank-bank sentral di negara maju.
Kemudian, ada pula tingginya kerentanan dan risiko sistem keuangan dunia karena transaksi produk derivatif yang berlipat, terutama hedge fund.
“Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara. Indonesia, tidak terkecuali perlu merespon dengan kebijakan yang tepat, menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan lebih tinggi dan berdaya tahan, tangguh dan mandiri,” ucapnya.
Dari rentetan gejolak global tersebut, menurut Perry, kunci untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan tinggi, kuncinya hanya satu, yaitu sinergi.
“Dengan sinergi itu, InsyaAllah kinerja ekonomi Indonesia tahun 2026-2027 akan lebih baik. Pertumbuhan lebih tinggi, konsumsi dan investasi meningkat, ekspor cukup baik di tengah perlambatan ekonomi dunia, inflasi terkendali dalam sasaran,” kata Perry.