Melansir buku 'Pertempuran 10 November 1945' penulis Bung Tomo (Sutomo) , saat dewasa Bung Tomo menjadi wartawan freelance di harian Soeara Oemoem tahun 1937. Kemudian, ia menjadi wartawan dan penulis di harian berbahasa Jawa Ekpres (1939) dan menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat (1938).
Saat proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia bersama wartawan senior Romo Bintarti memberitakan momen tersebut dalam tulisan berbahasa Jawa. Kemudian di tahun 1945, ia menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Indonesia Antara di Surabaya.
Sejarah Bung Tomo tercatat saat menjadi Ketua Umum Pimpinan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) Setiap malam, ia mengucapkan pidato dari Radio Pemberontakan untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Kemudian, terjadi perang terbuka di Surabaya akibat sikap pasukan Sekutu yang tidak menghargai kebaikan pemerintah Indonesia. Bahkan, pasukan Sekutu menduduki tempat-tempat strategis, seperti stasiun kereta api, kantor pos hingga radio Simpang.
Melihat hal itu, masyarakat Surabaya menjadi marah karena tingkat Sekutu telah di luar toleransi. Tak cuma itu, Sekutu menyerang penjara Kalisosok dan membebaskan kolonel angkatan laut Belanda. Inggris juga mangacau di Nyamplungan dengan menangkap sejumlah pemuda dan ketua BKR.