Sebagai balasan, pemuda Surabaya meringkus serdadu-serdadu Inggris, menculik prajurit dan melakukan perampasan senjata serta mobil-mobil hingga akhirnya terjadi pertempuran besar di 29 Oktober.
Melihat hal itu, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta terbang ke Surabaya dan melakukan perundingan damai. Meski begitu, provokasi pasukan Sekutu tidak berkurang hingga insiden tembak-menembak masih sering terjadi dan puncaknya terjadi di tanggal 9 November di mana Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh.
Sekutu pun marah dan memberikan ultimatum kepada masyarakat Surabaya agar menyerahkan dan tunduk kepada Sekutu sampai tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 waktu setempat. Bagi masyarakat Surabaya, ultimatum tersebut tak sedikit pun membuat takut malahan tantangan untuk terus dilawan.
Masyarakat Surabaya pun tanpa rasa takut melawan para Sekutu. Perlawanan tersebut dipimpin oleh Gubernur Suryo, Bung Tomo, Sungkono dan Mustopo. Mereka terus mengobarkan semangat masyarakat Surabaya agar tidak takut melawan hingga akhirnya Sukutu takluk dibuatnya.
Bung Tomo dianugerahi Satya Lencana Kemerdekaan, Bintang Gerilya dan Bintang Veteran Republik Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Berkas Pejuang dan Menteri Sosial Ad Interim (1955-1956).
Tak cuma itu, Bung Tomo juga pernah terpilih menjadi Anggota DPR (1956-1959) dan menjadi Ketua II (Bidang Ideologi Sosial Politik Markas Besar Legiun Veteran.
Bung Tomo berasal dari Surabaya meninggal dunia saat melaksanakan ibadah haji wukuf di Padang Arafah pada 7 Oktober 1981. Ia meninggalkan empat orang anak, yakni Tin Sulistami, Bambang Sulistomo, Sri Sulistami, dan Ratna Sulistami dari pernikahannya dengan Sulistina.
Peran Bung Tomo jangan pernah kita lupakan ya. Semoga sejarah di atas bisa menambah semangat kita dalam menjaga kemerdekaan Indonesia!