Pengaruhnya tak hanya terbatas di Riau-Lingga. Surat-suratnya kepada sahabatnya, Herman Van de Wall, menunjukkan pandangan fanatiknya terhadap Islam dan keinginannya untuk menyebarkan ajaran ini di Tanah Melayu. Meskipun pada akhir hayatnya Raja Ali Haji lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah, pengaruh dan kontribusinya terhadap kebudayaan dan pendidikan tetap abadi.
Raja Ali Haji tidak hanya mengabdikan dirinya sebagai seorang penulis, tetapi juga berkontribusi besar dalam pembentukan bahasa nasional. Karya-karyanya memberikan dasar yang kokoh bagi pengembangan bahasa Melayu menjadi bahasa nasional.
Meninggal pada tahun 1873, Raja Ali Haji meninggalkan warisan berharga dalam bentuk karya sastra dan pemikiran. Makamnya di Pulau Penyengat menjadi tempat ziarah dan penghormatan bagi para pengagumnya.
Biografi Raja Ali Haji tidak hanya menjadi bagian integral dari sejarah Kesultanan Riau-Lingga, akan tetapi juga inspirasi untuk melestarikan serta menghargai warisan budaya dan intelektual Melayu.