Dalam Biografi Wahidin Sudirohusodo, dia dikenal sebagai dokter yang aktif berinteraksi dengan masyarakat. Hal tersebut yang akhirnya membuatnya memahami keluhan dan keresahan mereka.
Melihat penindasan Belanda terhadap masyarakat Indonesia, dia ingin membebaskan mereka dengan memastikan hak pendidikan yang sama untuk semua. Selain itu, dia memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian.
Wahidin mendirikan majalah berbahasa Jawa pada 1894 bernama Retno Dumilah dan lembaga pendidikan bernama Beasiswa Damoworo dengan dukungan donatur seperti Bupati Serang, Akhmad Jayadiningrat. Dia juga berkeliling ke kota-kota besar di Jawa, menyampaikan gagasan tentang beasiswa ini untuk membantu pemuda potensial melanjutkan pendidikan tinggi.
Wahidin sering mengekspresikan pandangannya tentang mengatasi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan melalui surat kabar. Ternyata para mahasiswa STOVIA menyukai apa yang disampaikan Wahidin.
Mereka pun setuju akan betapa buruknya keadaan yang menimpa masyarakat Indonesia saat itu. Perjuangannya pun akhirnya menarik perhatian mahasiswa STOVIA dan dia bekerja sama dengan Sutomo, Suraji, dan mahasiswa lainnya untuk mendirikan organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Inilah kelompok modern pertama di Indonesia. Tanggal kelahiran Budi Utomo pun diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.