Ditekankan Boy, peristiwa itu terjadi akibat adanya proses radikalisasi masif yang terjadi baik face to face maupun lewat media sosial. Kemudian, paham-paham radikalisme itu mempengaruhi cara berpikir dan sikap seseorang untuk menjadi ekstrim.
"Dalam artian disini, setuju dengan tawaran-tawaran seperti itu. Kalau dia tidak setuju, dia tidak akan berangkat," kata Boy.
"Jadi itu bukti bahwa alam pikirannya dipengaruhi hingga akhirnya dia setuju, dia berangkat. Demikian juga yang di dalam negeri, yang terlibat aksi kekerasan, itu dikarenakan cara berpikirnya sudah berlebihan ekstrim, tidak lagi menghargai hukum, demokrasi, konstitusi, tidak menghargai nilai-nilai kemanusiaan," katanya lagi.