Katanya kan sebelumnya ada orang lain. Ya sudah. Karena bagi kita, siapa saja yang dipilih Pak Jokowi, kita harus diterima. Saya kira Pak Jokowi tahu siapa yang dibutuhkan oleh beliau, yang memang diperlukan untuk mendampingi beliau. Karena itu saya katakan tidak boleh ada yang mengintervensi, menekan-menekan. Tidak boleh. Saya kira beliau tahu kok siapa yang harus dipilih, yang terbaik. Malah saya dengar orang lain, bukan saya.
Tapi banyak wartawan tanya bahwa saya salah satu kandidat. Saya tidak tahu darimana informasi itu diperoleh. Ya, saya bilang saya tidak pernah diajak omong. Tidak pernah diminta, isyarat pun tidak.
Tapi wartawan kemudian tanya, apabila dipilih bagaimana? Ya, saya bilang kalau diminta, untuk berbakti di negara, berkiprah bagi Ibu Pertiwi, siapa pun harus bersedia. Sebab itu untuk kemasalahatan bangsa dan negara, termasuk saya, harus bersedia.
Ada kelompok yang sangat gembira dengan keputusan Kiai menerima tawaran cawapres. Namun di sisi lain ada yang menyayangkan karena Kiai Rais Aam PBNU dan Ketua Umum MUI, apakah ini sudah dipikirkan matang?
Ya saya sangat mengerti itu, sangat paham itu. Menempati posisi Rais Aam PBNU itu sangat tinggi, kemudian Ketua Umum MUI juga sangat terhormat. Maka saya bilang sebenarnya saya sudah sangat nyaman di sini karena berada di habitat saya. Sejak kecil saya dibangun, dibentuk memang berada di habitat ini.
Tapi ketika harus melangkah, saya melihat ada maslahat di sini, ada manfaat. Kalau di sini, di MUI dan PBNU, hanya untuk NU dan Islam. Di posisi ini (cawapres) diajak untuk memberikan manfaat bagi seluruh lapisan bangsa Indonesia.