Amran menjelaskan bahwa semula menemukan adanya anomali, di mana harga beras terus naik padahal stok beras melimpah. Pihaknya kemudian melakukan pengujian terhadap 268 sampel beras yang tersebar di 10 provinsi produsen beras terbesar di seluruh Indonesia.
Dari pengujian ditemukan sebagian besar merek tak sesuai dengan mutu, harga dan takaran.
"Kita estimasi potensi kerugian, kerugian masyarakat yaitu Rp99 triliun, hampir Rp100 triliun. Itu kalau 1 tahun. Kalau terjadi 2 tahun, 3 tahun, Anda estimasi sendiri," ungkapnya.
Adapun beberapa daftar beras yang diduga dioplos atau tidak sesuai dengan mutu, harga dan takaran adalah sebagai berikut:
Wilmar Group
- Sania
- Sovia
- Fortune
- Siip
Food Station Tjipinang Jaya
- Setra Ramos
- Beras Pulen Wangi
- Food Station- Setra Pulen
PT Belitang Panen Raya
- Raja Platinum
- Raja Ultima
PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group)
- Ayana