Yogie lahir di Cirebon, 16 Mei 1929 sebagai anak keempat dari 11 bersaudara. Ayahnya, Raden Memet Bratasoeganda, sementara ibunya bernama Alniyah. Karier militernya bermula dari Tentara Pelajar. Yogie pernah menjadi bagian Tentara Pelajar Batalyon 400 di Cirebon.
Namanya harum saat menjabat Danyon 330/Para Kujang I Kodam VI/Siliwangi pada kurun 1964-1965. Kala itu Batalyon 330/Kujang dikenal sebagai pasukan andalan di berbagai medan perang.
Tidak mengherankan ketika pemerintah memburu pemberontak Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, Yon 330/Kujang turut diterjunkan selain pasukan elite Resimen Para Komando Angkatan Darat alias RPKAD (kelak berubah menjadi Kopassandha kemudian Kopassus).
“Pasukan Baret Hijau andalan Kodam Siliwangi sudah kenyang makan asam garam pertempuran gunung hutan. Komandan Batalyon 330 Mayor Yogie S Memet bertekad tidak akan membawa pasukannya pulang ke Jawa Barat sebelum menangkap Kahar, hidup atau mati,” tulis Kaka Alvian Nasution dalam buku ‘Sang Prajurit Pemberani’.
Pada Agustus 1964, Kahar ditengarai berada di bagian tenggara Sulsel. Informasi itu diperoleh dari hasil pertempuran dengan pengawalnya di Rauta, sekitar Danau Towuti. Setelah berhasil menguasai daerah sekitar Latimojong, operasi diarahkan ke Tenggara.
Pengawasan di daerah pegunungan Sulsel telah dilakukan lama. Kehadiran RPKAD di sisi gunung diharapkan dapat menutup akses pergerakan Kahar dan kelompoknya.
“RPKAD mendapat penugasan di bawah Batalyon Infanteri 330/Para Kujang I pimpinan Mayor Yogie S Memet untuk membantu Kodam Hasanuddin. Pengepungan Kahar dipimpin Kolonel GP Solichin, seorang perwira senior dari Siliwangi yang ditugasi sebagai kepala staf Operasi Kilat,” kata Iwan Santosa dan EA Natanegara dalam buku ‘Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus.’
Operasi itu sukses. Dalam sebuah serbuan di pinggir sungai di hutan Sulawesi Tenggara tepat pada Idul Fitri 1965, Kahar ditembak mati.
Dari Pangdam Siliwangi pada kurun 1978-1983, Yogie dipromosikan sebagai Pangkowilhan II (1983-1985). Pensiun dari militer, dia terpilih sebagai gubernur Jawa Barat dan memimpin selama 8 tahun.
Suami dari Emmy Sariamah ini selanjutnya diangkat sebagai menteri dalam negeri oleh Presiden Soeharto pada 17 Maret 1993. Jabatan ini bertahan hingga 17 Maret 1998. Setelah itu, Yogie menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sampai 2003. Tentara alim ini meninggal dunia karena sakit di Rumah Sakit Advent Bandung pada 7 Juni 2007.