Dari tobang, karier Try meningkat. Bocah berzodiak scorpio itu dipercaya menjadi penyidik dalam. Salah satu tugasnya mengantar surat atau dokumen kepada pejuang di Surabaya yang diberi sandi-sandi tertentu oleh markas tentara di Kediri. Tentu bukan pekerjaan mudah karena perjalanan itu harus berhadapan dengan razia NICA yang masih memenuhi jalanan dan perbatasan kota.
Lulus SMA, tebersit bagi Try untuk menempuh pendidikan lebih tinggi. Dia pun mendaftar di IPB dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Try diterima di Unair. Kendati demikian, benak Try mengatakan dia harus menjadi tentara. Ini tak lain masa lalunya yang turut membantu para pejuang kemerdekaan.
Try akhirnya memutuskan mendaftar sebagai tentara. Sayangnya saat itu Akademi Militer belum dibuka lagi. Angkatan Darat membuka pendaftaran kecabangan masing-masing, seperti infanteri P3AD di Bandung, arteleri di Cimahi, kavaleri di Cibangkong (Bandung) juga zeni di Bandung.
Try mendaftar zeni. Tes pertama dilaksanakan di Surabaya. Tes fisik dilalui mulus. Setelah itu dia mengikuti tahap kedua di Malang.
“Pada seleksi ini (Try) diwawancarai langsung Brigjen TNI Djatikusumo,” tulis Disjarahad.
Diketahui, Djatikusumo kelak menjadi KSAD pertama. Sungguh tak mujur. Try gagal dalam tes di Malang. Namun, takdir berkata lain. Atas perintah Brigjen Djatikusumo, remaja berperawakan tinggi tegap itu kembali dipanggil.
Jadilah cita-cita Try menjadi serdadu kembali berkobar. Catatan sejarah menulis pada 1956, dia diterima menjadi taruna Atekad.