Studi ini juga mencatat pergeseran makna kesuksesan di kalangan kelas menengah. Kini, kesuksesan tidak lagi diukur dari harta dan pencapaian finansial, tetapi dari kemampuan bertahan, berkembang, serta menjaga martabat dan kepercayaan diri di tengah situasi sulit.
Sebanyak 57 persen responden berencana memulai usaha sendiri, 42 persen ingin memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar, dan 38 persen berfokus meningkatkan pendidikan serta keterampilan pribadi.
Menariknya, banyak responden mengaitkan pandangan baru tentang kesuksesan ini dengan nilai yang menekankan pentingnya martabat dan empati. Mereka merasa lebih bahagia bukan karena menerima bantuan, melainkan karena bisa membantu orang lain.
Selain itu, semangat berbagi juga meningkat. Persentase kelas menengah yang menyisihkan 10 persen pendapatan untuk zakat atau donasi naik dari 10 persen pada 2024 menjadi 15 persen pada 2025.
Dalam hal konsumsi, perubahan pola pikir kelas menengah juga terlihat jelas. Mereka kini berbelanja bukan lagi untuk menunjukkan status sosial, melainkan untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan mental.
Sebanyak 90 persen responden menilai kualitas produk sebagai alasan utama loyalitas terhadap suatu merek, mencerminkan bahwa menghargai kualitas berarti juga menghargai diri sendiri.