JAKARTA, iNews.id - Indonesia Fintech Society (IFSoc) menilai tingkat adopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di industri fintech Indonesia sudah tergolong tinggi. Namun, kondisi tersebut belum diimbangi dengan kesiapan infrastruktur pendukung yang memadai.
Ketua Steering Committee IFSoc Rudiantara mengatakan pemanfaatan AI menjadi salah satu catatan penting industri fintech sepanjang 2025. Tren itu diproyeksikan terus berlanjut hingga 2026, bahkan 2027.
"Adopsi AI di Indonesia ini sudah cukup tinggi. Tetapi peran kita dari sisi aplikasi, dari infrastruktur, dari energi itu masih sangat rendah. Jangan sampai kita menjadi hanya negara yang konsumen dari AI, tetapi juga harus kita berperan dari AI," ujar Rudiantara dalam media gathering di Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2025).
Tanpa penguatan infrastruktur, kata dia, Indonesia berisiko tertinggal dalam penguasaan teknologi AI, meski penggunaannya semakin masif di sektor fintech. Karena itu, IFSoc mendorong strategi nasional untuk memperkuat fondasi teknologi agar pemanfaatan AI tidak hanya bersifat konsumtif.
Selain AI, Rudiantara juga menyinggung isu pinjaman daring (pindar) yang kerap dikaitkan dengan persepsi praktik kartel. Dia menilai anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat, karena persaingan di industri masih berjalan dan masyarakat tetap memiliki pilihan dengan harga yang variatif.
"Kemudian yang bisa ditetapkan lagi adalah isu tentang pindar yang dikaitkan dengan seolah-olah ada persepsi mengenai kartel, padahal kenyataan di lapangan itu berbeda. Berkompetisi orang masih bisa mendapatkan pilihan dengan pricing yang berbeda-beda," tutur dia.