Indonesia Darurat Literasi, Anak-Anak Jadi Sasaran 'Korban' Industri

Gina Fauziah
Indonesia darurat literasi anak (Foto: EPA-EFE)

Ingredients dan nilai gizi produk makanan seolah dianggap ornamen packaging yang mungkin tidak pernah dibaca oleh konsumen. Hal ini merupakan dampak kongkret dari minimnya tingkat literasi Indonesia yang menjadikan sasaran "empuk" bagi para pelaku food industry yang hanya menjadikan cuan sebagai prioritas utama dan menjadikan anak-anak sebagai korban food industry.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyebut setidaknya 1 dari 5 anak Indonesia berusia 12-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal. Hal ini disebabkan gaya hidup kurang sehat. IDAI melakukan survei yang hasilnya menemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak, yakni adanya darah dan protein dalam air kencing mereka.

Menurut teori perkembangan kognitif Jean Piaget, usia tahap praoperasional 2-7 tahun adalah masa di mana anak memiliki kecenderungan untuk meniru cara seseorang dalam berbicara dan berperilaku, sama halnya ketika orang tua memilih makanan untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga.

Anak-anak akan lebih siap mengonsumsi makanan/minuman padat gizi di luar rumah dengan dibekali kemampuan literasi sejak Kecil oleh orang tuanya. Tidak hanya mengedepankan nafs atau nafsu dalam kegiatan makan-minum, namun logika atas dasar kemampuan literasi menjadi penentu dalam mengonsumsi sesuatu sehingga tidak dengan mudah menjadi sasaran food industry.

Maka, pantas perintah pertama dalam kitab Suci Alquran adalah "iqra" (baca) karena membaca merupakan kunci dalam menjalankan berbagai aspek kehidupan. Itu sesuai dengan petunjuk dan kegiatan utama dalam literasi makanan halal, bukan hanya menjadi syarat hidangan untuk dikonsumsi, namun ada kata "Thayib" yang mungkin tidak seterkenal kata halal. 

Padahal Halal dan Tyahib merupakan satu kalimat dalam QS Al Baqarah Ayat 168, "Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata."

Food industry bisa dengan bebas berjualan tanpa menanggung risiko moral atas kesehatan konsumennya. Namun konsumen yang cerdas memiliki tanggung jawab atas makanan yang dikonsumsi bagi kesehatannya, terlebih atas kesehatan setiap anak yang dititipkan kepada manusia dewasa (orang tua).

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Nasional
2 hari lalu

Menpar Targetkan 17,6 Juta Kunjungan Wisman ke Indonesia di 2026

Internasional
2 hari lalu

Banjir Dahsyat di Asia Renggut 1.100 Nyawa Lebih, Raja Charles Singgung Isu Lingkungan

Internasional
2 hari lalu

Raja Charles Sampaikan Duka Cita untuk Korban Banjir di Indonesia

Internasional
3 hari lalu

Bangga! Perusahaan Indonesia Defend ID Masuk Daftar 100 Perusahaan Pertahanan Terbesar Dunia 2024

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal