Jebakan Algoritma dan Distorsi Realitas Penanganan Bencana

iNews.id
Dr. Firman Kurniawan S, Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital, Pendiri LITEROS.org (Foto: Dok Pribadi)

Masih banyak persilangan yang terjadi, bahkan hingga hari ini. Dapat dibandingkan sajian realitasnya yang saling bertolak belakang. Seluruhnya memperebutkan rasa percaya khalayak. Penanganan yang terus membaik versi pemerintah, beserta bukti-bukti penguat realitas. Di hadapannya, realitas versi khalayak, juga disertai bukti-bukti yang membentuk kepercayaan. 

Khalayak saat dikaji lebih dalam, punya karakteristik proses pembentukan realitas yang beragam. Karakterisitik pertama, khalayak yang bersanak-kerabat dengan korban di wilayah bencana. Kelompok ini terbentuk realitasnya terhadap bencana, saat cemas tak tahu nasib kerabatnya. Kerabat yang berhari-hari gagal dihubungi, membuatnya cemas. Bertambahnya jumlah korban yang dinyatakan tewas maupun hilang menaikkan kecemasan itu. Gulungan emosi menyebabkan kelompok ini menghayati bencana sebagai keadaan yang kian memburuk. Alih-alih membaik, seperti pernyataan pemerintah. 

Kedua, khalayak yang berasal dari kelompok peduli nasib korban. Kelompok ini ingin segera bertindak nyata, memberikan pertolongan. Aktivitasnya dimulai dari pengumpulan donasi; mendatangi korban dan memberikan bantuan; menyediakan tenaga yang dibutuhkan di lokasi bencana; hingga mencoba memulihkan fungsi ekonomi wilayah. Ini adalah kelompok relawan. Realitas yang dihadapi kelompok ini, akses ke wilayah bencana sangat sulit. Bahkan mustahil ditembus. Seluruhnya lantaran putusnya jaringan internet. Fasilitas yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan awal korban, maupun kebutuhannya dari jarak jauh. Ini diperparah oleh tiadanya pasokan listrik, maupun putusnya jalan raya dan jembatan. Seluruhnya hancur lebur, tergulung dahsyatnya material yang berlalu bersama air. Gerak cepat yang direncanakan, sulit diwujudkan. Kemudian terbangun realitas parahnya keadaan bencana dengan minimnya bantuan. Keadaan makin memburuk bersamaan dengan bertambahnya waktu. Ini menimbulkan kekhawatiran. 

Sedangkan kelompok ketiga, adalah khalayak yang bukan berasal dari kategori pertama maupun kedua, namun intensif mengikuti bencana. Ini adalah posisi netizen yang terbanyak, menonton di luar arena, namun membentuk realitas. Karena jumlahnya sangat besar, spektrum subkarakteristiknya juga beragam. Mulai dari yang politis hingga apolitis, juga yang propemerintah hingga yang oposisional terhadap pemerintah. Penghayatannya dalam membentuk realitas, bergerak bagai pendulum. Bergantian dari unggahan versi pemerintah ke unggahan dari korban maupun relawan di lapangan. Walaupun informasinya dari dua sumber yang berbeda, namun keteguhan persepsinya tak mudah digoyahkan. 

Jika sejak awal menerima realitas “penanganan bencana terus membaik”, sikapnya akan tetap seperti itu. Sikap ini diikuti produksi, distribusi dan konsumsi unggahan untuk meeguhkan rasa percayaanya. Sebaliknya, jika yang diterima "penanganan bencana tak memadai", unggahan-unggahan yang merusak persepsinya, bakal ditepis. Konsisten terhadap realitas yang dihayati, akan membuatnya nyaman. Pada kenyataannya, dua pilihan sikap itu dapat terbentuk akibat perangkap algoritma. Tak sadar, realitas yang dihayati adalah pabrikasi algoritma platform. Namun demikian, produksi, distribusi maupun konsumsi unggahan oleh kelompok ini, menyumbang realitas yang diterima luas. Realitas yang silih berganti, untuk dihayati.  

Implikasinya, menjawab apakah penanganan bencana dilakukan dengan memadai atau tidak, tak mudah dijawab. Unggahan pembentuk realitasnya, sangat riuh. Seluruh rangkaiannya menyajikan versinya masing dan punya alasan untuk dipercaya. Akhirnya jadi paradoks. Saat tersedia berbagai versi untuk dipercaya, berarti tak ada realitas yang dapat dijadikan sebagai acuan. Realitas cair ini tergantung penghayatan para pengikutnya.

Editor : Maria Christina
Artikel Terkait
Nasional
7 jam lalu

Maruli Minta Media Beritakan Penanganan Bencana Sumatra: Tak Selesai dengan Menangis

Aceh
23 jam lalu

Jumlah Korban Tewas Bencana Sumatra Bertambah jadi 1.068 Orang, 190 Hilang

Nasional
1 hari lalu

Megawati Ultimatum Kader PDIP Jangan Korupsi Donasi Korban Bencana: Saya Pecat Kalian!

Sumut
18 hari lalu

Kepala BNPB Minta Maaf soal Bencana Tapsel: Saya Tidak Mengira Sebesar Ini

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal