Stefanus mengingatkan, tuduhan kecurangan yang diikuti dengan konsolidasi tokoh dan aktor politik dengan sengaja dan terbuka menciptakan situasi politik nasional yang semakin keruh dengan ungkapan dan ajakan melakukan “makar” “people power” dan “revolusi” telah menciptakan situasi yang mencekam bagi rakyat.
"Perbedaan pilihan politik yang semestinya sudah selesai dalam pemilu, kini ditarik menjadi lebih panjang untuk mendelegitimasi hasil pemilu dalam proses penghitungan yang sedang berjalan," kata dia.
Situasi dan narasi yang dibangun oleh para aktor dan tokoh politik tersebut semestinya tidak perlu terjadi. Dalam berkompetisi para pihak yang mau ikut berkompetisi harus siap menang dan siap kalah.
Menerima dan mengakui kekalahan, kata dia, bukanlah hal yang memalukan. Sebaliknya, justru menunjukkan kedewasaan atau kematangan serta jiwa kesatria yang memberi rasa hormat oleh seluruh rakyat serta pihak yang menang terhadap yang kalah.
”Sikap yang tidak mau menerima kekalahan, apalagi menuntut wajib dimenangkan, malah hanya menunjukkan kekerdilan jiwa dan mempermalukan diri sendiri," ucapnya.