JAKARTA, iNews.id - Mantan Panglima ABRI Jenderal M Jusuf dikenal sebagai orang dekat Presiden Soeharto saat itu. Popularitasnya di kalangan militer sangat melesat cepat.
Namun David Jenkins dalam tulisannya Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983 menggambarkan Jusuf masih sebagai ‘jenderal lingkaran luar Soeharto’.
Jusuf dianggap bisa menerjemahkan tugas yang diberikan langsung oleh Soeharto yakni manunggal dengan rakyat. Tak hanya itu, mantan ajudan Kahar Muzakkar ini juga dikenal sangat dekat dengan prajurit.
Popularitas itu ternyata membawa konsekuensi. Karena terlalu sukses, jaringan intelijen Soeharto yang dimotori Letjen Leonardus Benyamin Moerdani memasok informasi ke Istana. Jusuf dinilai memiliki ‘ambisi politik’.
Muncullah informasi intelijen yang menyebut niat Jusuf menggalang kekuatan internal untuk menjadi presiden. Ini terbaca dari seringnya dia mengunjungi barak-barak prajurit, serta perhatiannya yang besar terhadap kesejahteraan dan perlengkapan pasukan.
“Diduga, Jenderal Jusuf sedang melakukan penggalangan kekuatan—persis yang dilakukan Jenderal Sumitro sebelum peristiwa Malari meletus. Bedanya, Sumitro berorasi di kampus-kampus,” kata A Pambudi dalam buku Sintong & Prabowo: Dari ‘Kudeta LB Moerdani’ sampai ‘Kudeta Prabowo.