Meskipun Indonesia telah memberikan kontribusi besar terhadap pekerjaan PBB, negara ini juga menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utama adalah penanganan isu-isu hak asasi manusia.
Indonesia juga harus mengelola disparitas sosial-ekonomi yang ada dalam negeri serta berpartisipasi dalam negosiasi internasional yang kompleks. Namun, keanggotaan dalam PBB memberikan Indonesia peluang untuk berkolaborasi dalam mencari solusi terhadap tantangan-tantangan ini dan memperkuat posisinya di panggung dunia.
Keanggotaan Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan sebuah komitmen pada prinsip-prinsip Piagam PBB dan upaya untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan pembangunan global. Selama bertahun-tahun, Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam berbagai badan dan misi PBB, yang mencerminkan komitmennya terhadap nilai-nilai diplomasi, kerja sama, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Ketika Indonesia terus berkembang sebagai negara dan terlibat dalam komunitas internasional, peran Indonesia dalam PBB tetap menjadi bagian penting dari identitasnya dan misinya untuk memberikan kontribusi pada dunia yang lebih baik bagi semua.
Perjalanan Indonesia sebagai anggota PBB tidak selalu mulus. Ada satu periode di mana Indonesia keluar dari PBB, yang kemudian diikuti dengan kembalinya sebagai anggota. Pada tahun 1965, Indonesia secara resmi keluar dari PBB sebagai tindakan protes terhadap terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Konflik antara Indonesia dan Malaysia saat itu membuat Presiden Soekarno sangat kecewa terhadap PBB, yang menurutnya terlalu condong kepada negara-negara barat.
Keputusan Indonesia untuk keluar dari PBB juga dipicu oleh perbedaan pandangan antara Indonesia dan Inggris, yang merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia melihat Malaysia sebagai ancaman terhadap revolusi Indonesia dan mencurigai bahwa Malaysia adalah boneka Inggris yang akan membahayakan Indonesia.
Namun, Indonesia merasa terisolasi setelah keluar dari PBB dan kesempatan untuk mencapai tujuan nasional menjadi terbatas. Oleh karena itu, setelah pergantian kepemimpinan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, Indonesia mengubah sikapnya terhadap PBB dan kembali menjadi anggota pada tanggal 28 September 1966.
Kembalinya Indonesia ke PBB dilakukan untuk merestorasi citra Indonesia di mata dunia dan untuk memperbaiki hubungannya dengan negara-negara anggota PBB.
Sejak kembali ke PBB, Indonesia telah memainkan peran yang aktif dan konstruktif dalam berbagai masalah global. Keanggotaannya dalam PBB tetap menjadi aset berharga dalam upaya menjaga perdamaian dan keamanan dunia serta mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
Keanggotaan Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah bagian integral dari sejarah dan identitas negara ini di dunia internasional. Indonesia bergabung dengan PBB pada tahun 1950 dengan harapan untuk mendapatkan dukungan dalam menjaga kedaulatan dan memajukan kepentingan nasionalnya. Selama bertahun-tahun, Indonesia telah berperan aktif dalam upaya menjaga perdamaian dan keamanan global, melindungi hak asasi manusia, dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
Perjalanan Indonesia manjadi anggota PBB juga mencakup periode keluarnya dari PBB pada tahun 1965 sebagai tindakan protes, yang kemudian diikuti dengan kembalinya sebagai anggota setelah pergantian kepemimpinan. Ini mencerminkan kompleksitas hubungan Indonesia dengan PBB dan upaya Indonesia untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan partisipasinya dalam dunia internasional.
Keanggotaan Indonesia dalam PBB adalah bukti komitmen Indonesia terhadap nilai-nilai dan prinsip Piagam PBB, dan merupakan bagian penting dari upaya global untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Selama bertahun-tahun, Indonesia telah menjadi salah satu pemain utama dalam organisasi ini dan terus berperan aktif dalam mencari solusi untuk tantangan global.