“Sistem fixed time tidak lagi relevan untuk kondisi lalu lintas yang dinamis. Diperlukan sistem cerdas yang bisa menyesuaikan waktu hijau berdasarkan kondisi riil di lapangan,” kata Kombes Edwin.
Dia menjelaskan tiga akar persoalan macet di simpang jalan. Pertama, durasi lampu hijau yang tidak responsif terhadap volume kendaraan.
"Kedua, ada tumpang tindih arus saat lampu hijau menyala, arus dari satu arah seringkali tertahan karena kendaraan dari simpang lain sudah memenuhi area tengah persimpangan," ujarnya.
Masalah ketiga adalah jarak dan kecepatan kendaraan terlalu jauh saat lampu hijau menyala. Akibatnya, kendaraan gagal melintas dan memperpanjang antrean.
Kombes Edwin juga mengingatkan dampak serius dari kemacetan lalu lintas. Kemacetan bisa menghambat waktu tempuh perjalanan sebesar 25-40 persen.
“Di sisi lain kemacetan juga berdampak kepada kerugian ekonomi karena kendaraan yang terjebak macet mengonsumsi lebih banyak bahan bakar hingga 30 persen dibanding kondisi normal,” ucapnya.