Pasca tsunami Palu, Dwikorita mengatakan, BMKG terus berupaya dengan dukungan perguruan tinggi membentuk konsorsium membuat sistem processing merah putih dengan target 5-10 tahun .
“Kami terus bekerja keras mengejar kemajuan teknologi demi terwujudnya kecepatan peringatan dini tsunami. Mengingat fenomena alam itu sangat rumit,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya dalam keselamatan masyarakat tidak cukup mengandalkan teknologi, melainkan center-nya ada di masyarakat. Menurutnya kearifan lokal terbukti bisa menyelamatkan masyarakat. “Jangan terlalu puas dengan teknologi karena masih banyak ditemukan kekurangan,” ujarnya.
Dia mengatakan, BMKG bersama BNPB, perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat akan terus bergotong royong untuk membangun kekuatan masyarakat dengan kearifan lokalnya serta kesiapan masyarakat yang lebih tangguh.
Seperti yang dicanangkan oleh sekjen PBB hingga tahun 2027 diharapkan 100 persen masyarakat di daerah rawan selalu siap dalam menyelamatkan diri saat tsunami demi mewujudkan Safe Ocean.