MALANG, iNews.id - Dua dokter spesialis dari Universitas Brawijaya (UB) Malang baru saja menyelesaikan misi kemanusiaan selama tiga pekan di Gaza, Palestina. Mereka adalah Dr dr Mohammad Kuntadi Syamsul Hidayat dan Dr dr Ristiawan Muji Laksono yang tergabung dalam tim relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) bekerja sama dengan Rahmah Worldwide.
Keduanya kembali ke Indonesia membawa cerita haru dan penuh luka, tentang bagaimana mereka menjalankan tindakan medis di rumah sakit yang rusak, minim obat dan dikepung suara dentuman bom.
“Di Gaza, bahkan jika tidak bisa membantu secara medis, kehadiran pun bisa menjadi penghibur bagi mereka yang kehilangan,” ujar dr Kuntadi saat ditemui di Malang, Jumat (8/8/2025).
Selama berada di Gaza, dua dokter ini bertugas di Rumah Sakit An-Nasr dan Rumah Sakit Eropa, dua dari sedikit fasilitas medis yang masih beroperasi. Mereka melakukan tindakan medis dalam kondisi serba terbatas, termasuk keterbatasan alat, obat bius, air bersih, bahkan ruangan operasi.
“Kami menangani seorang anak perempuan belum genap 2 tahun yang terkena peluru dan bersimbah darah. Itu pengalaman paling menyayat hati selama 40 tahun saya menjadi dokter,” katanya.
Sementara itu, dr Ristiawan menggambarkan situasi rumah sakit sangat kritis. Kapasitas ruangan melonjak 250 persen dari kondisi normal dan sebagian pasien harus dirawat di tenda-tenda darurat.
“Obat-obatan yang tersedia adalah jenis lama yang sudah jarang dipakai. Bahkan blok hemodialisis hancur akibat bom,” kata dr Ristiawan.
Tak hanya pasien, kelaparan juga melanda tenaga medis di Gaza. Beberapa dokter setempat bahkan jatuh sakit karena tidak makan selama 2 hari. Salah satu pengalaman yang membekas adalah ketika satu permen dibagi ke beberapa dokter karena tidak ada makanan lain.