Yang dia ingat saat itu yakni keinginannya untuk berjuang membahagiakan orang tua saat akan ke Jakarta. Hal itu menjadi pendorongnya untuk tetap bertahan. Di saat sekujur tubuhnya tak lagi bisa bergerak, dalam ingatannya, ada tiga orang datang mengangkut dirinya dan dia dibawa ke RS MMC.
Kemudian dia dipindahkan ke RS Cipto Mangunkusumo. Dari RS Cipto Mangunkusumo, dia kemudian dipindahkan lagi ke RS Medistra.
Akibat ledakan tersebut, hampir saja dia kehilangan kedua tangannya. Tangannya sempat akan diamputasi. Namun tidak terjadi. Kedua tangannya akhirnya dioperasi. Pen pun dipasang untuk memperkuat tulang tangan. Sementara kulit di bagian paha kaki diambil untuk menambal kulit di tangannya. Ia pun dioperasi berkali-kali.
Selama enam bulan dia berada di rumah sakit tersebut untuk penyembuhan dan belajar jalan.
"Alhamdullillah saya masih bisa bersyukur, tangan saya masih bisa digunakan walaupun tidak normal, ini sudah hampir putus dipasang pen, bongkar pasang dan inilah hasil yang maksimal yang bisa dokter lakukan buat saya dan saya bersyukur," ujarnya lirih.
Setelah enam bulan, dia bekerja kembali di tempat yang sama. Dia berpikir masa penderitaan telah berakhir. Ternyata belum usai.