Pertahanan prajurit TNI yang kokoh membuat pemberontak berhasil dipukul mundur ke wilayah gurun pasir jelang subuh. Sejumlah prajurit TNI terluka dalam serangan seporadis tersebut namun tak ada anggota yang gugur.
Pemberontak berani menyerang membuat pasukan perdamaian dari semua negara langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran. Kemudian dikirimkan lah pasukan sebanyak 30 orang untuk mengejar para pemberontak.
Ke-30 orang berisikan prajurit Kopassus itu pada awalnya melumuri kulitnya dengan arang agar menyerupai warna kulit suku asli. Lalu, mereka memburu kelompok separatis tersebut hingga ke markasnya di dekat Danau Tanganyika.
Daerah ini disebut sebagai "No Man Land” alias daerah tak bertuan yang merupakan wilayah kekuasaan kelompok pemberontak. Tak ada yang pernah berani memasuki kawasan ini, termasuk Tentara Nasional Pemerintahan Kongo. Pernah sebanyak 2 kompi pasukan India dibantai di wilayah ini lantaran berusaha memasukinya.
Setelah menemukan markas pemberontak, pasukan Pasukan Konga III itu kemudian beristirahat sambil menyusun rencana penyerangan. Di markas pemberontak itu terdapat 3.000 orang lengkap dengan alutsista seperti tank panzer dan RPG/bazzoka.
Bermodalkan informasi intelijen yang menyebut suku setempat termasuk pemberontak sangat takut kepada hantu putih berbau bawang menyengat, muncul lah ide strategi untuk menyerang.
Pasukan yang dipimpin Kemal Idris itu menyamar sebagai hantu putih dengan memakai jubah putih longgar yang diberi kayu di atas kepala agar saat terkena angin maka jubah tersebut melambai-lambai. Tak hanya itu, setiap prajurit juga memakai rantai bawang putih yang dikalungkan di leher.