Selanjutnya, 30 prajurit itu menggunakan kapal yang dihitamkan langsung menyerang dengan meloncat berhamburan keluar dari kapal. Pasukan Komando itu menyerbu pos terdepan musuh tanpa ampun, lalu menyerang ke dalam markas pemberontak.
Melihat hantu putih bergentayangan membuat nyali para pemberontak ciut lantaran menganggap telah benar-benar diserang kawanan pasukan putih dari mitos yang melegenda dan ditakutinya itu.
Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh pasukan Konga III dengan terus menembaki pemberontak yang sudah tak bernyali itu. Dengan ciri khas serbuan komando, personel Kopassus menyergap dengan teknik bunuh senyap (silent kill). Tanpa babibu, Korps Baret Merah TNI ini merangsek tak kenal takut ke pusat konsentrasi pasukan pemberontak.
Seluruh markas pemberontak yang berjumlah 3.000 tentara kaget dan percaya jika yang dihadapi mereka adalah hantu putih. Mereka langsung ketakutan dan lari kocar-kacir tak tentu arah. Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota Kopassus yang menyerbu karena kaget digerebek.
Serangan itu berlangsung singkat serta efektif dan hanya berlangsung 30 menit. Kemudian markas pemberontak berhasil dilumpuhkan. Sebanyak 3.000 personel pemberontak berhasil ditawan beserta keluarganya.
Dalam penyerangan itu tercatat puluhan pemberontak tewas. Sedangkan dari pihak Kopassus Konga III, satu tentara terluka terkena proyektil granat namun tak membahayakan nyawanya.
Setelah markas pemberontakan ditaklukkan, beberapa jam kemudian pasukan PBB lainnya datang. Mereka pun takjub dengan kesuksesan pasukan Kopassus Konga III yang hanya terdiri atas 30 personel ternyata mampu melumpuhkan markas pemberontak dan menawan 3.000 tentara pemberontak.
"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas Danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," kata Komandan Pasukan Konga III Kemal Idris.