Sejumlah penumpang pesawat Woyla menyampaikan kesaksian jika lima anggota kelompok ini sempat merayakan pembajakan itu di dalam pesawat usai Kepala Bakin Letjen TNI Yoga Sugama menyampaikan akan mengabulkan semua tuntutan. Kenyataannya hal itu dilakukan hanya untuk mengulur waktu.
Tim Kopassus dibagi menjadi enam subtim untuk melaksanakan operasi pembebasan yang berlangsung pada 31 Maret 1981 pukul 03.00 waktu Bangkok. Keberhasilan operasi ini nyatanya tak lepas dari siasat Letkol Sintong.
Sintong mengelabui anak buahnya dengan mengatakan operasi batal jelang jam-jam dilaksanakannya operasi yang sudah ditentukan. Dia pun memerintahkan semua anak buahnya untuk tidur. Tujuan siasat itu yakni agar semua prajurit bisa beristirahat setelah dua hari tak tidur. Benar saja, setelah itu para anggota tim semuanya tertidur lelap.
Pukul 02.40, rombongan tim berjalan santai menuju pesawat Woyla yang parkir dalam kegelapan di Bandara Don Mueang. Disaksikan jurnalis dari berbagai negara, tim Kopassus ini memanggul dua tangga lipat. Harian Bangkok Post sempat menggambarkan mereka seperti rombongan turis yang hendak piknik di hari Minggu. Sama sekali tak terlihat mereka akan melakukan operasi pembebasan sandera.
Tiga subtim masuk melalui pintu pilot, pintu belakang, dan pintu darurat di sayap kiri pesawat. Subtim pembantu dan penembak runduk berada di posisi mengelilingi pesawat dari jarak 30 meter.
Pukul 02.45 operasi pembebasan sandera selesai dalam waktu tiga menit, 15 menit lebih cepat dari waktu perkiraan. Semua pembajak yang berjumlah lima orang semua tewas ditembak. Nahas pilot pesawat Herman Rante dan Letnan Capa Ahmad Kirang tertembak dalam kejadian itu.