Menyadari hal ini, Dantim segera memerintahkan pasukan untuk meloloskan diri ke satu-satunya peluang, yakni ke celah bukit. Namun hanya sedikit waktu yang tersisa bagi pasukan kecil ini, sehingga Pratu Suparlan menyatakan pada komandannya untuk terus maju, sementara dia sendiri memilih untuk menghadang musuh.
“Di sinilah jiwa seorang patriot terbukti. Pratu Suparlan membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin milik rekannya yang gugur. Tanpa gentar sedikit pun, dia menerjang ke arah pasukan Fretilin,” tulis Kopassus.
Hujan peluru senapan mesin musuh mengoyak tubuh Pratu Suparlan. Namun dia tidak mundur sejengkal pun. Seperti benteng ketaton, dia membalas dengan rentetan peluru, hingga amunisinya habis.
Meski bersimbah darah, prajurit Kopassus ini tetap tegar. Bukannya roboh seperti harapan musuh, Pratu Suparlan justru menghunus pisau Komandonya, lalu berlari mengejar Fretilin ke tengah semak belukar dan merobohkan enam personel pasukan militer komunis tersebut.