Ayah Bagus, Sutisna, saat mendengar kabar tersebut merasa campur aduk. Baginya, pendidikan anak merupakan kebahagiaan bagi orang tuanya. Apalagi Bagus selalu berjuang untuk tetap mengenyam pendidikan sampai saat ini.
“Campur aduk rasanya, senang, haru, khawatir, karena harus jauh dari Indonesia. Tapi saya bangga kepada Bagus karena telah memberikan terbaik untuk kami,” ucap Sutisna.
Meski serba terbatas, Sutisna selalu memprioritaskan agar anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Ayah dua anak ini bercerita bahwa anaknya jangan sampai putus sekolah karena terhalang biaya. Oleh karena itu, motivasi dan pesan selalu diberikan kepada Bagus agar tetap semangat menjalani perkuliahannya.
“Saya tidak ingin anak ini seperti saya, yang tidak lanjut kuliah karena biaya. Alhamdulillah Bagus mendapatkan rezekinya di situ, dari biaya kuliah, sampai nanti akan berangkat ke luar negeri,” tutur Sutisna.
Sebagai orang tua, Sutisna mengaku selalu memberikan dukungan kepada sang putra untuk mendalami passion Bagus di bidang permainan. Sutisna bahkan mengajarkan beberapa permainan sampai akhirnya Bagus dapat memecahkan berbagai permainan yang sulit bagi anak seumurnya.
Selain itu, Sutisna juga mengaku memberikan dukungan agar Bagus belajar bahasa. Bagi Sutisna, bahasa akan menjembatani anaknya ke dunia luar.
“Saya senang bermain playstation, dan Bagus pun menyukainya. Bersyukurnya permainan ini juga yang memberikan Bagus banyak beasiswa” kata Sutisna.
Sejak kecil Bagus sudah bercita-cita menjadi tentara. Alasannya sederhana, yakni untuk mengabdi kepada negara ini. Ternyata jalan rezeki menempatkan Bagus di prodi teknologi permainan.
“Ya mungkin semangat Bagus mengabdi kepada negara bisa dilakukan dengan cara yang berbeda. Tidak mesti harus jadi tentara,” tutup Sutisna